“Itu buat masyarakat Papua tersenyum dan bahagia,” kenangnya.
Pada pertandingan final yang diadakan di Gelora Bung Karno Jakarta pada 25 September 2005 silam, Persipura Jayapura berhasil mengalahkan Persija Jakarta dengan skor 3-2 setelah melalui babak perpanjangan waktu dengan sistem silver goal.
Melawan Persija di kandangnya, di hadapan ribuan pendukungnya, tentunya tidak mudah bagi anak-anak Persipura.
Terbukti, sejak menit awal, Persija tampil menekan dan berhasil unggul lebih dulu lewat gol Agus Indra di menit ke-10.
Namun, bukannya tertekan, Persipura malah balik melawan.
Lewat kaki Boaz Solossa, Persipura menyamakan skor di menit ke-18.
Alhasil, hingga turun minum, kedua tim berbagi skor 1-1.
Memasuki babak kedua, tensi panas laga final belum mereda.
Persija yang tak ingin kehilangan muka di hadapan pendukung sendiri kembali mencetak gol di menit ke-55 lewat kaki Francis Wewengkang.
Persipura menunjukkan mental juara dengan mencetak lagi gol penyama kedudukan di menit ke-88 lewat Korinus Figkreuw.
Dengan skor 2-2 memaksa pertandingan dibawa ke babak tambahan waktu.
Persipura di bawah asuhan pelatih Rahmad Darmawan akhirnya memastikan kemenangan lewat gol pemain pengganti Ian Louis Kabes di menit ke-112.
Gelar juara ini merupakan pencapaian yang ditunggu-tunggu oleh Mutiara Hitam, yang akhirnya meraih trofi tertinggi di Liga Indonesia setelah sebelumnya pernah menjuarai divisi perserikatan dua kali, yaitu pada tahun 1979 dan 1993.
Setelah memenangkan trofi Liga Djarum Indonesia 2005, Persipura tercatat sebagai tim tersukses di era Liga Indonesia modern dengan koleksi empat trofi liga.