CEPOSONLINE.COM, JAYAPURA – KSR PMI Universitas Sriwijaya Sumatera Selatan kembali menggelar National Red Cross Competition (NRCC).
Kompetisi skala nasional ini digelar pada 5 – 7 Desember 2025.
Diketahui, NRCC merupakan ajang nasional yang diselenggarakan untuk untuk menguji keterampilan, pengetahuan, dan semangat kepalangmerahan peserta dari tingkat pelajar (PMR) hingga mahasiswa (KSR/UNITS).
Berbagai cabang lomba seperti pertolongan pertama, tandu darurat, fast quiz (cepat tepat), fotografi, esai, dan poster, mengasah kesiapsiagaan bencana dan kemanusiaan diperlombakan pada ajang ini.
Menariknya, juara dari kompetisi yang digelar di Sumatera Selatan itu berasal dari pulau paling timur Indonesia, yakni Papua.
Adalah Daniel Kwebu, mahasiswa sekaligus Ketua KSR PMI Universitas Cenderawasih.
Ia mengangkat nama PMI dan Universitas Cenderawasih Papua di kancah nasional usai menang lomba essay, mengungguli peserta dari berbagai univeristas ternama di Indonesia.
Kata Daniel, terdapat tiga lomba yang melibatkan total 15 tim dari berbagai universitas di Indonesia pada National Red Cross Competition kali ini.
Tiga lomba itu di antaranya lomba pertolongan pertama, lomba poster, dan lomba essay.
Daniel mengaku bahwa ia bersaing dan keluar sebagai pemenang dalam lomba essay.
“Saya merasa bersyukur dan bangga sekali bisa meraih juara.”
“Ini semua untuk membawa nama baik PMI dan KSR Universitas Cenderawasih.”
Daniel menjelaskan, essay yang ia tulis mengangkat tema Solidaritas Relawan di Tengah Tantangan Kemanusiaan dan Konflik Mineral Blok Wabu Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya, Provinsi Papua Tengah.
Harapannya, pemerintah se-Papua dapat membangun Pos Darurat Relawan di daerahnya yang terjadi konflik, seperti di Intan Jaya, Nduga, Yahukimo, Pegunungan Bintang, serta beberapa kabupaten lainnya.
Daniel menekankan bahwa pembangunan pos darurat bagi relawan tersebut perlu melibatkan masyarakat setempat, termasuk para tokoh adat, gereja, hingga pihak keamanan.
“Tujuannya agar pos yang dibangun nanti menjadi garda terdepan dalam memberikan pertolongan kemanusiaan yang serius bagi korban konflik di daerah.”
Masyarakat setempat, terutama Orang Asli Papua (OAP), perlu juga disiapkan, dilatih khusus oleh berbagai instansi maupun organisasi kemanusiaan seperti PMI, Basarnas, hingga Dinas Kesehatan, sehingga dapat memberikan pertolongan pertama bagi korban konflik.
“Para relawan yang ditempatkan pada pos ini berfokus pada penanganan darurat, serta didukung pemerintahan setempat.”
Daniel juga menekankan bahwa pos-pos darurat dan relawan yang terllibat di dalamnya bersifat netral dan tidak terafiliasi dengan kelompok manapun.
“Saya sedih karena di situasi konflik banyak orang meninggal karena tidak diberikan pertolongan pertama kemanusiaan.”
“Masalah ini sangat serius, sehingga besar harapan saya ada pos-pos darurat yang dibangun di daerah konflik, sehingga orang yang jadi korban tidak dibiarkan begitu saja, melainkan diberikan pertolongan,” pungkasnya. (*)