CEPOSONLINE.COM, MERAUKE – Hingga sekarang ini, baru satu perusahaan yang disebutkan digunakan pemerintah dalam menggarap Program Strategis Nasional (PSN) di Merauke khususnya untuk ketahanan pangan dengan rencana pembukaan lahan seluas 1 juta hektar di Wanam, Distrik Ilwayab sampai wilayah Distrik Okaba dan pemekarannya.
Perusahaan yang menggarap PSN tersebut adalah PT Johnlin Group. Diketahui, CEO dari PT Johnlin Group adalah H. Isham.
‘’Untuk kegiatan PSN ini, negara khusus khususnya pemerintah mengunakan satu perusahaan. Namanya PT Johlin. Sementara belum ada perusahaan-perusahaan lain yang ditunjuk oleh pemerintah,’’ kata Komandan Satuan Tugas (Dansatgas) Ketahanan Pangan Mayor Jenderal TNI Ahmad Rizal Ramdhani menanggapi pertanyaan dari sejumlah anggota DPRP Papua Selatan saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan DPRP Papua Selatan terkait dengan PSN, Senin (2/6/2025).
Jenderal bintang dua tersebut mengatakan, pertimbangan menggunakan PT Johnlin karena perusahaan tersebut memiliki pengalaman kerja, track record, kapabilitas dan sumber daya yang luar biasa.
‘’Kalau kita lihat pekerjaan lokasi kemarin, Pak Wagub, Pak Gubernur dan Ketua DPRP Papua Selatan sudah lihat betapa beratnya pekerjaan di sana. Untuk perusahaan-perusahaan lain, agak kesulitan, karena untuk mendorong alat saja sudah susah. Apalagi untuk bekerja di sana dan ini yang kami rasakan,’’ katanya.
Dansatgas Rizal menyebut, sejak melakukan pekerjaan di tahun 2024 lalu, setidaknya tidak kurang dari 20 lebih alat berat dari perusahaan tersebut tenggelam karena beratnya medan. Namun alat berat yang tenggelam itu dapat diangkat kembali untuk bekerja.
‘’Tentu alat berat yang tenggelam itu bisa diangkat kembali dan bisa dioperasikan lagi,’’ kata Rizal saat dikonfirmasi kembali terkait puluhan alat berat yang dilaporkan tenggelam itu.
Mayjen Ahmad Rizal juga sangat mendukung agar operator-operator yang mengoperasikan alat berat di PSN tersebuut adalah anak-anak asli Papua.
‘’Karena anak-anak di lapangan, khususnya operator dari Jawa, Sumatera bahkan dari Kalimantan. Mohon maaf, 3-4 bulan mereka sudah minta pulang. Karena mereka namanya jauh dari keluarga, kangen juga dengan keluarga. Kalau anak-anak disini yang jadi operator langsung saat pulang ya pulangnya disini juga dan ongkosnya tidak mahal sekaligus memberdayakan anak-anak lokal,’’ tambahnya. (*)