• Senin, 22 Desember 2025

Industri Sawit Nasional Menguat, Eddy Martono Paparkan Strategi Perdagangan, Tata Kelola dan Biofuel

Photo Author
- Kamis, 13 November 2025 | 22:30 WIB
Ketua GAPKI Eddy Martono saat membuka IPOC 2025. (Mifta/Radar Bali)
Ketua GAPKI Eddy Martono saat membuka IPOC 2025. (Mifta/Radar Bali)

Agar kebijakan ini bertahan dan dapat dikembangkan, ia berharap sinergi antara pemerintah dan pelaku industri semakin konsisten. Ia menegaskan bahwa stabilitas regulasi menjadi kunci karena kepastian hukum akan membuat industri lebih gesit menghadapi dinamika global yang cepat. 

“Untuk mendorong pertumbuhan, kita membutuhkan setiap bagian dari mesin pemerintahan kita bekerja secara harmonis,” kata Eddy Martono. Ia menambahkan bahwa ekosistem sawit memerlukan kerangka kebijakan yang solid agar dapat terus berinovasi dan berdaya saing tinggi. 

Selain memperkuat struktur industri, GAPKI juga ingin memastikan bahwa petani kecil merasakan manfaat terbesar dari kemajuan sawit nasional. Selama bertahun-tahun organisasi ini rutin menggelar kompetisi untuk menobatkan koperasi pekebun paling produktif di Indonesia. 

Tahun ini pemenang berasal dari Kutai Timur, Kalimantan Timur dengan capaian 37,4 ton TBS yang naik 9 persen dari tolok ukur produktivitas. Angka ini sedikit lebih tinggi dari pemenang tahun lalu sehingga menunjukkan adanya peningkatan pada tingkat pekebun. 

Upaya memperkuat industri juga dilakukan melalui dorongan bagi generasi muda untuk berinovasi dan menciptakan solusi baru. Pada pembukaan IPOC 2025, GAPKI menyoroti semangat luar biasa dari Hackathon Minyak Sawit Nasional 2025 yang diikuti ratusan mahasiswa. 

Juara kompetisi tersebut adalah Tim BiFlow dari ITS Surabaya yang mempersembahkan proyek bernama RAPIDS. Inovasi itu menggunakan pembelajaran mesin dan radar non invasif untuk mendeteksi dini penyakit Ganoderma Boninense sehingga dapat meningkatkan keberlanjutan produksi. 

“Kami juga bangga mengumumkan inisiatif yang diluncurkan oleh Konsorsium Elaeidobius,” ujar Eddy. Ia memperkenalkan kolaborasi antara GAPKI, lembaga pemerintah, lembaga riset dan organisasi profesi untuk memperbaiki penyerbukan alami kelapa sawit. 

Konsorsium itu bekerja sama dengan Tanzania Agricultural Research Institute dalam program peningkatan produktivitas melalui introduksi tiga spesies serangga penyerbuk Elaeidobius. Program ini sudah berjalan dan dinilai mampu meningkatkan hasil panen pada masa mendatang. 

Menurut Eddy, langkah-langkah tersebut menjadi modal penting untuk membawa industri sawit Indonesia menuju masa depan yang lebih kuat. Ia optimistis upaya kolektif antara pemerintah, pelaku industri, petani dan generasi muda akan menjadikan sawit tetap kompetitif di pasar global.(*)

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Lucky Ireeuw

Tags

Rekomendasi

Terkini

Persiapan Mandatori B50 Harus Clear and Clean

Kamis, 13 November 2025 | 22:33 WIB

MIRIS! Dapur MBG Kekurangan Ahli Gizi Berpengalaman

Sabtu, 27 September 2025 | 12:06 WIB
X