Pdt Lipiyus juga meminta, dalam persoalan di tanah Papua untuk tidak saling mengadu domba. Sebab, sudah banyak darah yang tumpah di tanah ini dengan cara-cara yang tidak berprikemanusiaan.
“Pimpinan adat, pimpinan agama dan pimpinan masyarakat mari berdoa dan harus bicara kebenaran di tanah ini. Para Forkopimda harus duduk bersama untuk melihat solusi tanpa harus ada pertumpahan darah,” pintanya.
FKUB juga meminta keamanan di tanah Papua harus dikendalikan penuh oleh Kapolda Papua dan Pangdam XVII/Cenderawasih. Sebab dari pantauan FKUB, ada pemimpin di luar daripada Kapolda Papua dan Pangdam XVII/Cenderawasih hingga menyebabkan tumpang tindih dengan kebijakan yang ada di tanah Papua.
“Darah tidak boleh dilawan dengan darah, semua harus tenang. Gunakan pendekatan kemanusiaan itu jauh lebih penting. Saya meminta semua elemen masyarakat untuk saling menjaga situasi keamanan di tanah ini,” ujarnya.
Selain itu, Pdt Lipiyus juga meminta terkait penarikan pasukan non organik dari tanah Papua. Alasannya, pasukan yang baru datang di Papua belum tahu dengan adat dan dudaya serta kebiasaan orang papua itu sendiri.
“Papua saat ini tidak sedang dalam kondisi perang, tapi konflik yang sedang terjadi. Pasukan non organik ini tidak tahu kondisi Papua, sehingga tidak paham budaya Papua. Ketika masyarakat membawa panah dan parang ke kebun, dipikirnya melakukan penyerangan,” terangnya.
Menurutnya, pasukan organik yang lebih tahu budaya orang Papua atau pasukan yang sudah pernah terkena malaria. Untuk itu, dirinya meminta agar memberikan kesempatan kepada anggota organik untuk bekerja di tanah ini.
“Tarik pasukan TNI-Polri non organik dari Papua dan berikan kepercayaan kepada TNI-Polri organik yang ada di Papua. Mereka yang tahu budaya, berikan kepercayaan kepada mereka untuk mendekati masyarakat ketimbang menggunakan kekuatan senjata,” kata Pdt Lipius.
Ia mengimbau kepada seluruh masyarakat untuk berdoa, supaya Tuhan menolong semua situasi di tanah Papua. Sehingga tidak adalagi korban pertumpahan darah di tanah papua. (fia/nat)