• Senin, 22 Desember 2025

Sapras Masih Buruk Menghambat Pengembangan Ekonomi di Kawasan Transmigrasi Perbatasan

Photo Author
- Jumat, 14 November 2025 | 12:27 WIB
Melyana R. Pugu. (Ceposonline.com/Sulo)
Melyana R. Pugu. (Ceposonline.com/Sulo)

CEPOSONLINE.COM, MERAUKE- Ketua Tim Universitas Cenderawasih (Uncen) Jayapura Dr. Melyana R. Pugu, SIP, M.Si mengungkapkan, dalam rangka pengembangan ekonomi masyarakat di Kawasan Transmigrasi, maka salah satu yang harus dibenahi adalah sarana prasarana terutama infrastruktur jalan dan jembatan harus diperbaiki.   

‘’Temuan kami di lapangan, Sapras masih sangat buruk,’’ kata Melyana R. Pugu di Merauke saat uji publik terkait studi pengembangan ekonomi di Kawasan Transmigrasi Perbatasan Pulau Papua di Merauke, Jumat (14/11).   

Melyana menyebut, pihaknya dari Uncen bermitra dengan Kementrian Transmigrasi pada Dirjen Pemberdayaan Ekonomi dan Masyarakat Transmigrasi untuk melihat bagaimana pengembanngan wilayah ekonomi untuk Kawasan Transmigrasi di perbatasan dengan focus Kawasan Transmigrasi Muting untuk Alfasera 1-6.  

‘’Mengapa wilayah perbatasan, karena presiden Prabowo yang sebelumnya Jokowi dalam Nawacita dan juga dalam Asta Cita sudah menegaskan pentingnya kawasan perbatasan sebagai teras atau beranda depan negara. Sebagai beranda negara, kawasan ini tentu harus dihidupkan. Karena kawasan perbatasan selama ini masih tidur dan belum dikelola dengan baik. Manusianya dan lahan yang tidur perlu dioptimalkan sehingga memberi pemanfaatan bagi kehidupan masyarakat,’’ jelasnya. 

Harapannya besok, lanjut dia, masyarakat bisa melaksanakan banyak aktivitas dengan memperkuat BUMKam-BUMkam atau Bundes, juga Gapoktan diperkuat.  

‘’Saprasnya, jalan dan jembatan harus diperbaiki sehingga masyarakat dengan produknya bisa membawa ke pasar,’’ jelasnya. 

  Salah satu produk Muting, lanjut dia, adalah rambutan nomor satu. Yang menurutnya, rambutan Muting tersebut sudah bisa diekspor karena lahan perkebunan yang cukup luas. Namun sampai sekarang belum ada yang bisa dieksport karena belum ada produk apapun dari rambutan yang bisa diversifikasi. 

‘’Kami tim menemukan bahwa rambutan itu bisa diolah, apakah di kalengkan sehingga dapat dieksport,’’ jelasnya. 

Tak hanya rambutan, produk lainnya ada karet, sapi dan sebagainya. Apalagi sebagai hak perbatasan dan hak penghubung yang suatu saat bisa dibuka untuk aktivitas ekspor impor. 

‘’Potensi yang kita temukan diantaranya rambutan yang banyak sekali, kool, karet, kopi, keladi, dan sebagainya. Tapi karena Saprasnya buruk sehingga mereka tidak bisa pasarkan kemana-mana,’’ pungkasnya. (*)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Agung Trihandono

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pengurus Forum NTT Hadir di Papua Selatan

Jumat, 19 Desember 2025 | 13:30 WIB

Dua Sopir Truk Dianiaya OTK, Satu Korban Meninggal

Minggu, 14 Desember 2025 | 12:47 WIB

Baru 6 Bulan Jalani Hukuman, Napi Lapas Merauke Kabur

Kamis, 11 Desember 2025 | 15:54 WIB

Pendistribusian Solar Subsidi Ditertibkan

Selasa, 2 Desember 2025 | 11:21 WIB

Pusat Sopi Terbesar di Merauke Digrebek

Selasa, 18 November 2025 | 09:08 WIB
X