CEPOSONLINE.COM, MERAUKE - Dalam rangka menggali potensi cerita rakyat yang ada di Papua Selatan, Sanggar Chapung Art kerja sama dengan pemerintah menggelar Festival Amba Mbembe di Monumen Kapsul Waktu Merauke, Kamis (15/5/2025).
Ketua Sanggar Chapung Art Selsius Djunianto Naraha yang akrab disapa Chapung mengungkapkan bahwa festival yang digelar selama tiga hari dalam rangka menggali dan mengangkat potensi lokal terkait dengan cerita rakyat.
‘’Sanggar Chapung Art mengangkat festival ini mencoba berpikir secara realita bahwa cerita rakyat yang ada di Papua Selatan itu ada. Cerita rakyat ini penuh dengan pesan moril,’’ kata Selsius.
Namun yang terjadi, lanjut dia, justru masyarakat di Papua Selatan khususnya Merauke lebih banyak mengetahui cerita rakyat dari luar Merauke ketimbang cerita rakyat yang ada di Papua Selatan khususnya Merauke.
‘’Sangat miris jika kita lebih banyak mengetahui cerita rakyat dari luar Merauke ketimbang yang ada di daerah kita. Itu yang mendorong kami untuk melaksanakan festival dengan nama Amba Mbembe ini,’’ jelasnya.
Karena itu, pihaknya mengangkat kembali kearifan lokal agar generasi ke depan tidak kehilangan identitas dalam mengetahui cerita-cerita rakyat yang ada di Papua Selatan khususnya Merauke yang sarat dengan pesan-pesan moril.
Sebelum menggelar festival ini pihaknya telah melakukan riset, mengumpulkan karya-karya atau cerita-cerita masyarakat lokal yang ada di Merauke, kemudian dikemas dalam kegiatan tersebut yang pada akhirnya dapat menghasilkan sebuah karya.
Dikatakan, pada hari pertama dengan lomba menggambar dan mewarnai diikuti siswa TK dan SD.
‘’Sasarannya anak-anak TK dan SD untuk mereka mengkaji literasi cerita yang kita kumpulkan dalam bentuk gambar atau visual,’’ jelasnya.
Sedangkan pada hari kedua, Jumat dengan lomba tari kreasi yang bersumber dari cerita rakyat. ‘’Mereka membuat tari kreasi itu dari literasi cerita rakyat,’’ terangnya.
Sedangkan pada hari terakhir, Sabtu 17 Mei 2025 dengan lomba fashion show yang menggunakan aksesoris pakaian dari literasi membaca cerita rakyat tersebut.
‘’Kemudian monolog atau mendogeng dari cerita-cerita rakyat yang kita kumpulkan. Dan terakhir adalah parade carnaval yang bertajuk dari cerita rakyat,’’ tandasnya. (*)