• Senin, 22 Desember 2025

Tiba di Merauke, Ini yang akan Dilakukan Ketua MUI Pusat di Papua Selatan

Photo Author
- Jumat, 9 Mei 2025 | 08:56 WIB
Wakil Bupati Merauke Fauzan Nihayah saat menyambut Ketua MUI Pusat Muhammad Cholil Nafis dengan memasang mahkota di kepala di Bandara Mopah Merauke, Jumat (9/5) (Ceposonline.com/Sulo)
Wakil Bupati Merauke Fauzan Nihayah saat menyambut Ketua MUI Pusat Muhammad Cholil Nafis dengan memasang mahkota di kepala di Bandara Mopah Merauke, Jumat (9/5) (Ceposonline.com/Sulo)

CEPOSONLINE.COM, MERAUKE- Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat KH. Muhammad Cholil Nafis melakukan kunjungan kerja ke Merauke. Dia didampingi Sekjen MUI Pusat KH Amirsyah Tambunan. Ini merupakan kunker pertama ke bagian Indonesia paling timur tersebut. Tiba dengan menggunakan pesawat Garuda sekira pukul 08.35 WIT, ketua MUI Pusat disambut dengan Rebana di VIP Bandara Mopah Merauke.

Wakil Gubernur Papua Selatan Paskalis Imadawa, Wakil Bupati Merauke Fauzan Nihayah, Plt MUI Papua Selatan Awaluddin Gedze, Ketua MUI Kabupaten Merauke H. Jufri Thamrin, Ketua PWNU Papua Selatan KH. Muhammad Arifin.

Kepada wartawan, Muhammad Cholil Nafis mengaku senang karena disambut wakil gubernur Papua Selatan dan wakil bupati Merauke yang seorang sosok perempuan hebat.

"Kedatangan kami ke sini untuk membentuk Majelis Ulama Indonesia Papua Selatan dan beliau sangat mendukung. Buktinya, mereka datang menyambut kami, wagub dan wabup. Mudah-mudahan disini dapat menyebarkan hubungan agama yang baik berdasarkan Pancasila, " katanya.

Diapun berharap, membangun Indonesia dapat dimulai dari Bumi Animha, Merauke Papua Selatan, yang merupakan ujung paling timur Indonesia.

"Membangun toleransi bisa dimulai dari sini, juga bagaimana pemberdayaan perempuan, emansipasi perempuan mulai dari sini. Terbukti perempuan disini bisa menjadi wakil bupati.

Mudah-mudahan bisa membangun harmoni dan Indonesia," jelasnya.

Soal MUI Papua Selatan apakah bisa mengeluarkan label halal, Muhammad Cholil Nafis mengatakan bahwa semuanya harus bisa berkolaborasi dengan adat. Karena Islam, kata Muhammad Cholil Nafis, mengajarkan kebaikan. Karena itu, tidak boleh bertentangan dengan adat setempat.

"Tapi bagi umat Islam, bisa saja memilih makanan Makanan yang cocok. Misalnya, saya nanti dengan ibu Wabup disiapkan kepiting dan dengan wagub disiapkan sate rusa. Jadi kita harus berdasarkan kearifan lokal. Jadi tidak ada yang bertentangan dengan agama kita dengan adat setemoat. Tapi, namanya makanan ada pilihan berdasarkan selera," tambahnya. (*)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Agung Trihandono

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pengurus Forum NTT Hadir di Papua Selatan

Jumat, 19 Desember 2025 | 13:30 WIB

Dua Sopir Truk Dianiaya OTK, Satu Korban Meninggal

Minggu, 14 Desember 2025 | 12:47 WIB

Baru 6 Bulan Jalani Hukuman, Napi Lapas Merauke Kabur

Kamis, 11 Desember 2025 | 15:54 WIB

Pendistribusian Solar Subsidi Ditertibkan

Selasa, 2 Desember 2025 | 11:21 WIB

Pusat Sopi Terbesar di Merauke Digrebek

Selasa, 18 November 2025 | 09:08 WIB
X