Membiasakan pemakaian noken untuk kebutuhan harian, sebagai tas belanja hingga aksesoris pelengkap busana dapat memicu peningkatan produksi noken tradisional, dengan demikian akan menaikkan status Noken menjadi kategori Daftar Representatif Warisan Budaya Tak Benda.
Ketua Yayasan Maramowe Weaiku Kamorowe Herman Kiripi mengatakan noken dari Suku Kamoro yang tinggal di wilayah pesisir selatan Papua dibuat dari bahan rumput rawa, daun pandan atau kulit pohon waru yang dikerjakan secara manual dengan cara dianyam oleh kaum perempuan.
Berbeda dengan bahan baku untuk noken rajut dari wilayah pegunungan yang dibuat dengan cara dirajut atau dijahit.
Ketersediaan bahan baku di daerah dataran rendah cukup berlimpah dan mudah didapat, proses pembuatan juga tidak memerlukan waktu panjang.
Herman mengaku sangat senang bisa membawa misi budaya dalam festival ini.
Ia bersyukur atas dukungan PTFI dan Kementerian Kebudayaan kepada Yayasan Maramowe Weaiku Kamorowe sehingga sebanyak enam Seniman Kamoro dapat berpartisipasi dalam Festival Noken Tanah Papua 2024.
“Kami bersyukur bisa mempromosikan, memperkenalkan macam-macam ukiran dan menampilkan tarian tradisional, sekaligus mendemonstrasikan cara menganyam dan mengukir karya seni asli dari seniman Kamoro. Kami menyampaikan terima kasih kepada PTFI dan Kementerian Kebudayaan yang terus mendukung kesenian Suku Kamoro untuk terus berkembang,” ungkap Herman.
Selain menampilkan sejumlah karya noken anyam dan bermacam produk ukiran, seniman ukir Suku Kamoro juga memberikan pelatihan mengukir.
Mengawali pelatihan, para peserta mendapat penjelasan tentang ragam bentuk karya ukir dan arti motif pada ukiran.
Selanjutnya setiap peserta akan dibimbing mengerjakan ukiran pada sebidang papan yang boleh dibawa pulang sebagai kenangan.
Selain itu, panitia penyelenggara Festival Noken Tanah Papua 2024 juga menyediakan pelatihan merajut noken. (*)