NABIRE- Ikatan Pelajar Mahasiswa-mahasiswi Dogiyai (IPMADO) Kabupaten Nabire desak Kepolisian daerah (Polda) Papua untuk menindaklanjuti pelaku penembakan terhadap tiga warga kabupaten Dogiyai pada 13 Juli 2023. Hal ini disampaikan Ketua IPMADO, Alfons Pigai dalam Jumpa pers di halaman Asrama Dogiyai Kabupaten Nabire, Papua Tengah, Kamis (10/8).
Alfons Pigai menegaskan, Polda Papua segera memproses oknum pelaku penembakan terhadap tiga warga sipil di Dogiyai.
" Polda Papua kan sudah melakukan Investigasi atas kasus di Dogiyai, Jadi hasil investigasi tolong buka ke publik dan Polda segera adili oknum pelaku kasus penembakan terhadap tiga warga sipil di Dogiyai yang menewaskan Yakobus Pekey, Stepanus Pigome dan Yosua Keiya ," tegasnya.
Pihaknya juga menegaskan, Komnas HAM segera melakukan Investigasi Independen atas kasus Dogiyai terutama pada penembakan pertama sehingga terbukti siapa pelaku penembakan di Kampung Obayo,Kabupaten Dogiyai.
" Komnas HAM segera membentuk tim pencari fakta atas kasus penembakan di Dogiyai sehingga pelaku dapat ditindak seadil-adilnya dan dapat dihukum sesuai dengan undang-undang yang berlaku di negara ini," ujarnya.
Ia juga menegaskan, Polda Papua segera menarik kembali pasukan organik dan non organik yang dikirimkan ke Dogiyai dengan alasan pengamanan.
" Dogiyai itu aman-aman saja. Justru pasukan berlebihan itu yang membuat masyarakat trauma dan masyarakat mengurangi aktifitas di kebun seperti biasanya karena takut ditindak berlebihan oleh aparat," jelasnya.
Pihaknya juga berharap, Pemerintah Kabupaten Dogiyai melalui DPRD melakukan legitimasi melalui sidang paripurna legislatif tentang pembatasan kepada TNI dan Polri.“ Buat legitimasi, ambil kembali asset pemerintah Dogiyai yang diberikan kepada aparat dan militer,” ujarnya.
Benny Goo, mewakili Pemuda Dogiyai ketika dijumpai media ini menjelaskan, Yosua Keiya yang tertembak di kampung Obayo pada 13 Juli 2023 merupakan pengguna jalan yang ditembaki aparat kepolisian tanpa alasan." Jadi Yosua Keiya yang ditembak aparat pada 13 juli itu adalah pengguna Jalan. Polisi tembak dia saat berada dipinggir jalan dekat kampungnya Obayo tanpa alasan yang jelas," tuturnya.
Menurutnya, alasan keluarga tidak mengizinkan pihak aparat dan Nakes untuk melakukan Visum karena beberapa saat setelah penembakan situasi pecah.
" Alasan keluarga Korban tidak mengizinkan aparat dan nakes melakukan visum terhadap Yosua karena beberapa saat setelah Yosua ditembaki situasi lansung pecah. Terjadi saling kejar-kejaran sehingga situasi di Dogiyai jadi tidak kondusif dan tidak ada Nakes yang bertugas di Puskesmas maupun RSUD di sekitaran Idakebo dan kota Moanemani , " Jelasnya.
Lanjutnya, Ketika situasi pecah sore hingga malam itu adalagi dua korban yang ditembaki aparat dan beberapa lainnya luka-luka.
Ia juga menegaskan, Komnas HAM bukan duduk menunggu laporan dari pihak lain, harusnya Komnas Ham sendiri turun melakukan Investigasi menyeluruh atas insiden Dogiyai supaya hasilnya tidak mengecewakan.
" Saya ada baca diberita. Komnas Ham tunggu bukti foto dan Video. Saya pikir ini tindakan yang tidak sesuai dengan fungsi kerja Komnas Ham. Harusnya, Komnas Ham turun sendiri ke Lapangan dan melakukan Investigasi sehingga independensi dalam mengungkap pela
Ia Juga berharap, Pemerintah republik Indonesia, Provinsi Papua Tengah, Pemerintah Kabupaten Dogiyai untuk memberikan perhatian sepenuhnya kepada para korban dari pembakaran 64 kios yang menimpah warga OAP dan Non OAP di Kabupaten Dogiyai.
" Pemerintah dari Pusat sampai ke daerah tolong berikan perhatian penuh atas nasib para korban pembakaran kios oleh oknum-oknum tertentu dalam peristiwa di Dogiyai 13 Juli itu, " tuturnya.(tft)