Kepala Suku Youwe Terkait Pengrusakan Hutan Mangrove
JAYAPURA-Silas Youwe selaku kepala suku Youwe di Kampung Kayu Pulo memberi tanggapan terkait persoalan pengrusakan hutan mangrove di kawasan konservasi Teluk Youtefa, Distrik Jayapura Selatan.
Menurutnya perlu adanya langkah bijak yang diambil oleh masing-masing pihak.
Dimana menurut Silas Youwe untuk mengurai benang kusut atas persoalan ini, masyarakat adat setempat bersama pemerintah dan juga pihak ketiga selaku pemegang sertipikat hak milik atas tanah tersebut harus berdialog untuk mencarikan solusi. Sehingga hutan mangrove yang saat ini sebagai lahan konservasi tetap terjaga.
Diapun mengungkapkan menyelesaikan persoalan perusakan hutan mangrove ini harus diurai dengan bijak. Semua pihak tidak saling mempertahan egonya masing-masing.
Sebab di satu sisi pemegang sertipikat atas tanah tersebut memiliki hak atas kepemilikan tanah tersebut. Di sisi lain masyarakat adat juga berhak untuk menjaga hutan mangrove demi anak cucu mereka.
"Sementara pemerintah juga punya hak untuk melindungi kawasan hutan mangrove itu. Karena bagaimana pun hutan mangrove ini sudah masuk dalam kawasan konservasi. Jadi ketiga-tiganya perlu duduk bersama untuk berdialog," ujar Silas Youwe di Jayapura, Jumat (14/7).
Lebih lanjut dia sampaikan bahwa keberadaan hutan mangrove sangat memberi dampak besar. Selain untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat, tapi juga manfaat lain untuk masyarakat, umumnya untuk pembangunan Kota Jayapura.
Apagi kawasan hutan mangrove tersebut satu-satunya tempat sebagai lahan untuk mata pencaharian masyarkat Kota Jayapura khususnya para nelayan.
Oleh sebab itu perlu disikapi secara serius, sehingga benang kusut ini bisa diurai dan tentunya tidak ada pihak yang dirugikan.
"Tidak perlu saling menyalahkan satu sama lain, duduk bersama untuk berdialog. Karena dengan begitu pasti akan ada jalan keluar dari persoalan ini," tuturnya.
Sebab bagaimanapun lanjut Silas hutan mangrove perlu dijaga. Selain mendorong peningkatan ekonomi masyarakat tapi juga tokoh perempuan selama ini telah bekerja keras untuk berjuang mempertahankan kawasan tersebut sebagai kawasan konservasi. Oleh sebab itu perlu adanya langkah tegas yang ambil.
"Kalau semua mau cari benar, tidak akan bisa. Yang kita pikirkan sekarang bagaimana hutan mangrove ini tetap terjaga kelestariannya," kata Silas.
Diapun berharap pemerintah maupun masyarakat adat juga pihak ketiga atas tanah tersebut tidak saling memikirkan kepentingan pribadi. Namun ada hal besar yang perlu dijaga. Karena fungsi hutan mangrove selain untuk mencegah terjadinya abrasi air laut, tapi juga salah satu tempat yang paling nyaman bagi beberapa jenis makhluk hidup dan organisme. Beberapa spesies seperti udang, ikan dan kepiting banyak berkembang biak di kawasan hutan bakau.
Bahkan menurutnya selama ini hutan mangrove dijadikan tempat sebagai mata pencaharaian bagi masyarakat port numbay khususnya perempuan port numbay. Sehingga yang dipikirkan saat ini bagaimana ketiga pihak ini mencari solusi agar persuakan hutan ini tidak terjadi.
"Saya harap hutan mangrove tetap jadi kawasan hutan lindung. Ini demi anak cucu kita nanti," pungkasnya. (rel/nat)