CEPOSONLINE.COM, MIMIKA - Pengungsian di Distrik Jila, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua Tengah kini semakin tidak terkendali pasca adanya aksi penyisiran anggota Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) pada tanggal 10 Desember 2025 lalu.
Kondisi ini menyebabkan banyak masyarakat di sana yang harus rela meninggalkan rumah, kebun, ternak dan berbagai aktivitas sosial lainnya.
Mereka harus rela menyambut hari lahir Yesus Kristus di tahun 2025 dengan rasa takut yang tak berujung.
Atas kondisi itu, aliansi masyarakat di Mimika yang tergabung dalam Solidaritas Peduli Jila (SPJ) menggeruduk kantor Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) Mimika untuk menuntut beberapa hal terkait situasi dan kondisi yang saat ini berlangsung di Distrik Jila.
Aksi dengan nama “Aksi Damai Untuk Kemanusiaan” yang didedikasikan untuk masyarakat Distrik Jila itu, diawali dengan long march dari bundaran Timika Indah di Jalan Budi Utomo pada pukul 08.30 WIT menuju ke Jalan Cenderawasih dan berakhir di Kantor DPRK untuk memulai aksi.
Masyarakat dari berbagai kalangan, mulai dari anak-anak, remaja, dewasa hingga orang tua ikut ambil peran membersamai mahasiswa dan aliansi pemuda untuk mengawal aksi itu.
Pantauan media ini, sekitar pukul 10.46 WIT massa pun tiba di halaman depan gedung kantor DPRK Mimika dan langsung diterima oleh Ketua Komisi II DPRK Mimika Dolfin Beanal beserta jajarannya.
Orasi pun dimulai, satu per satu orator secara bergilir menyampaikan aspirasi mereka di hadapan para anggota dewan.
Sementara, aparat keamanan gabungan dari Polres Mimika dan Brimob Batalyon B Pelopor Sat Brimob Polda Papua Tengah sibuk melakukan pengamanan.
Dalam kesempatan itu, para orator meneriakkan seruan penarikan militer dari Distrik Jila, baik pasukan organik maupun non-organik.
Menurut mereka, kehadiran aparat militer di Distrik Jila telah menyebabkan trauma yang mendalam bagi masyarakat setempat, terutama menjelang perayaan Natal.
“TNI Polri segera tarik militer yang ada di atas di Distrik Jila, segera! Kami ingin rayakan Natal dengan situasi yang aman, damai, tentram,” teriak seorang orator.
“Kami bukan musuh negara, kami warga negara, kami tidak ingin hidup ketakutan di atas tanah sendiri,” sambungnya.
Massa aksi juga mendesak agar Bupati dan Wakil Bupati Mimika tidak menutup mata terkait dengan persoalan ini sementara ini terjadi di Distrik Jila.
Mereka menyebutkan bahwa Jila yang sebelumnya aman dan kondusif berubah menjadi wilayah yang mencekam setelah adanya peristiwa 10 Desember 2025 lalu.
"Bupati Mimika jangan menutup mata terkait masalah yang ada di Jila, kenapa pemerintah lebih serius terhadap persoalan Wakia dan Kwamki Narama sementara Jila tidak?," kata Ketua Aliansi Pemuda Amungme (APA) Hellois Kemong yang ikut ambil bagian dalam orasi.
Mereka pun meminta agar seluruh jajaran Anggota DPRK Mimika dapat memandang persoalan ini menjadi hal serius yang harus segera diselesaikan agar masyatakat di Distrik Jila dapat merayakan Natal dan Tahun Baru dengan damai. (*)