nasional

Bayan Beleq, Masjid Tertua di Lombok, Saksi Ketangguhan Kearifan Lokal

Sabtu, 1 September 2018 | 04:48 WIB
Bayan Beleq, Masjid tertua di Lombok masih berdiri kokoh meski berkali-kali diguncang gempa. FOTO/UMAR WIRAHADI/JAWA POS

Hanya Pagar dan Atap Pernah Diganti, Itu pun Sudah 1993


Disangga empat tiang dari kayu nangka, Masjid Bayan Beleq bisa bertahan dari berbagai guncangan gempa sampai sekarang. Kandungan filosofis konstruksinya jadi panduan hidup masyarakat Lombok.


UMAR WIRAHADI, Lombok Utara


DINDING pagarnya dari anyaman bambu. Atapnya juga tersusun rapi dari bilah-bilah bambu. Dibikin lebar dan tajam. Setiap sudut atap dilapisi ijuk. Adapun fondasinya disusun dari tumpukan batu-batu kali.


Kalau Masjid Bayan Beleq di atas bukit mungil di Desa Bayan, Kecamatan Bayan, Lombok Utara, tersebut terlihat sangat kuno, itu karena memang usianya sudah empat abad. Tertua di Lombok.


Sekaligus saksi ketangguhan kearifan lokal Lombok menghadapi alam. Tak pernah sekali pun roboh karena guncangan gempa. Termasuk rentetan lindu yang mengguncang pulau tempat pusat pemerintahan Nusa Tenggara Barat itu sejak 29 Juli lalu.


’’Saya sering dengar cerita tentang masjid ini. Jadi penasaran,’’ kata Melva Harahap, salah seorang relawan gempa Lombok asal Jakarta, yang berkunjung ke Bayan Beleq di saat yang sama dengan Jawa Pos pada Senin lalu (27/8).


Kata beleq dalam bahasa Sasak berarti besar. Padanannya adalah masjid agung, masjid raya, atau masjid jamik.


Namun, secara fisik, masjid yang menurut berbagai literatur berdiri sejak abad ke-17 itu tak bisa dibilang besar. Hanya berukuran 9 x 9 meter. Dengan tinggi sekitar 7 meter.


Arsitektur masjid itu tak ubahnya rumah-rumah kuno masyarakat suku Sasak. Mirip rumah-rumah di kampung Desa Sade, Kabupaten Lombok Tengah, desa adat jujukan wisatawan.


Yang agung dari masjid tersebut adalah sejarah panjangnya dan simbol yang disandangnya. Menurut Ratmanom, penghulu adat Desa Bayan, arsitektur bangunan Bayan Beleq masih terjaga sampai sekarang.


Komponen bangunan yang sama sekali masih asli adalah empat tiang utama dan beduk. Empat tiang berbentuk silinder itu dibuat dari kayu nangka. ’’Kalau pagar dan atap, pernah diganti. Itu pun sudah tahun 1993,’’ tutur Ratmanom.


Dengan arsitektur seperti itu, ketika puluhan ribu bangunan luluh lantak di seantero Lombok akibat rentetan gempa sejak Juli lalu sampai Agustus ini, Bayan Beleq kukuh berdiri. Sama sekali tak ada kerusakan. Justru tembok luar yang terbuat dari semen hancur akibat gempa.


Bangunan khas Lombok, seperti yang bisa dilihat di Desa Sade, memang mengandalkan kayu. Rumah pelari nasional asal Pamenang, Lombok Utara, Lalu M. Zohri yang direnovasi juga demikian. Dan, terbukti mampu bertahan dari guncangan gempa. Saat Jawa Pos ke sana beberapa hari setelah gempa besar kedua pada 5 Agustus lalu, hanya beberapa genting di rumah juara dunia lari 100 meter U-20 tersebut yang runtuh.


Sayang, Senin siang lalu itu masjid terkunci rapat. Hanya cuitan aneka burung yang menyambut siapa saja. Terbang rendah dari rating ke ranting pepohonan tua yang tumbuh rindang di kawasan cagar budaya tersebut.

Halaman:

Tags

Terkini

Persiapan Mandatori B50 Harus Clear and Clean

Kamis, 13 November 2025 | 22:33 WIB

MIRIS! Dapur MBG Kekurangan Ahli Gizi Berpengalaman

Sabtu, 27 September 2025 | 12:06 WIB