CEPOSONLINE.COM, MERAUKE- Kepala Badan Pengarah Percepatan Pembangunan Otonomi Khusus Papua (BP3OKP) Provinsi Papua Selatan Yoseph Yanawo Yolmen, mengingatkan agar banjir yang terjadi di sejumlah tempat di Kabuapten Merauke, termasuk beberapa titik di Distrik Kurik harus menjadi warning untuk tetap menjaga keseimbangan alam.
‘’Banjir yang sudah terjadi sekira 2 minggu di Kurik dan beberapa lokasi di Merauke harus menjadi warning bagi kita untuk selalu menjaga keseimbangan alam,’’ kata Yoseph Yanawo Yolmen kepada wartawan di Merauke, Jumat (24/05/2024).
Yoseph Yolmen menjelaskan bahwa banjir besar di Merauke pernah terjadi sekira tahun 1985, ketika itu dirinya masih duduk di kelas V SD. Banjir saat itu terjadi secara menyeluruh dimana belum ada aktivitas apapun seperti yang terjadi sekarang.
‘’Itu artinya, banjir terjadi secara alami. Beda dengan kondisi sekarang yang sudah ada aktivitas terjadi. Baik dari perkebunan kelapa sawit dan kemudian aktivitas-aktivias dari masyarakat yang kemungkinan terjadi penebangan hutan secara liar. Oleh sebab itu dari BP3OKP menanggapi dan melihat bahwa ini harus ada tindakan preventif terhadap perlindungan hutan kedepan,’’ katanya.
‘’Segala aktivitas itu boleh ada tapi bagaimana kajian Amdalnya. Ini sangat penting. Karena dalam kajian Amdal yang baik, itu benar-benar akan memberikan kajian ilmiah, sehingga dampak setiap aktivitas yang dilakukan jelas di sana. Bagaimana dampak terhadap masyarakatnya itu tergambar di sana dan itu yang harus dilakukan dan wajib dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang melakukan aktivitas di Papua Selatan,’’ lanjutnya.
Yoseph Yanawo Yolmen menjelaskan, Papua Selatan membutuhkan investor untuk menanamkam modal mereka dalam rangka meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) maupun penyerapan tenaga kerja di Papua Selatan. Sebab, dengan adanya peningkatan PAD tersebut dapat dikelola pemerintah daerah untuk membangun fasilitas umum dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Namun aktivitas yang terjadi perlu dievaluasi oleh pemerintah daerah bersama dengan para pihak yang ahli dalam bidang kajian Amdal.
‘’Ini perlu kita duduk bersama untuk evaluasi untuk jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Apa yang harus kita siapkan. Misalnya, ada satu perkebunan atau pabrik. Nah, bagaimana quality kontrolnya, bagaimana sistem dranase yang dibuat, sehingga air itu tidak terjebak yang menyebabkan meluap dan terjadi banjir. Itu yang kami lihat saat kunjnungan ke Bupul (Distrik Elikobel),’’ jelasnya.
Termasuk bagaimana sistem pembuangannya ke sungai. Kajian-kajian ilmiah tersebut harus disiapkan dan sangat penting. Karena banjir itu akan selalu terjadi ketika tidak diantisipasi dengan baik.
‘’Lalu pohon-pohon hutan yang sudah ditebang, bagaimana kita bisa lakukan penanaman kembali dengan pohon-pohon yang berfungsi untuk menyerap dan menahan air supaya banjir maupun abrasi di pantai,’’ tandasnya. (*)