Tugas di Papua Harus Miliki Keberanian!

Danrem 174/ATW Brigjen TNI Bangun Nawoko, SIP saat pemeriksaan pasukan untuk penerimaan Satgas Pamtas Yonif 410/Alugoro dan Yonif 123/Rajawali dan pelepasan Satgas Pamtas Yonif 611/Awang Long dan Yonif 122/Tombak Sakti, kemarin. (Sulo/Cepos)
MERAUKE-Komandan Korem 174/ATW Merauke Brigjen TNI Bangun Nawoko dengan tegas mengungkapkan bahwa bertugas di Papua harus memiliki syarat keberanian. Keberanian tersebut yakni berani untuk mencintai, berani untuk melindungi, berani untuk membantu serta berani untuk menjaga harkat dan martabat orang Papua.
“Ya kalau kita belum bisa membantu dengan pikiran, tenaga dan harta, minimal senyum, sapa dan salam kepada mereka. Itu sudah cukup membantu kenyamanan masyarakat, dan saya yakinkan bahwa mereka para personel penjaga perbatasa ini mereka juga sebagai duta dari negara kita dan sebagai duta kehadiran negara di wilayah perbatasan untuk menyatu dengan masyarakat,’’ kata Danrem Bangun Nawoko.
Hal ini disampaikan Danrem Bangun, saat menerima Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan (Satgas Pamtas) baru Yonif 410/Alugoro asal Semarang, Jateng dan Yonif 123/Rajawali, asal Padang Sidempuan, Sumatera Utara, serta pelepasan Yonif 122/Tombak Sakti dan Yonif 611/Awang Long, di Mako Korem 174/ATW, Tanah Miring, Rabu (3/11), kemarin.
Pergantian Satgas ini, setelah Yonif 611/Awang Long dan Yonif 122/Tombak Sakti bertugas selama 9 bulan sebagai Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan. Danrem menjelaskan bahwa untuk kedua Satgas baru tersebut mendapatkan pembekalan dan pelatihan yang cukup. “Saya yakin mereka bisa meneruskan tugas dari Satgas Lama,” harapnya.
Sementara itu, terhadap Satgas Yonif 122/Tombak Sakti dan Yonif 611/Awang Long yang purna tugas, Danrem mengucapkan banyak terima kasih karena telah melaksanakan tugas dengan baik. Menurutnya, ada 3 indikator pelaksanaan tugas dengan baik tersebut. Indikotor pertama sama sekali tidak melakukan pelanggaran selama berada di wilayah tugas. Kedua, wilayah perbatasan yang menjadi wilayah tugas mereka relatif aman.
“Ini bisa dicapai tentu saja berkat kerja sama semua pihak baik TNI, Polri maupun semua kompnen masyarakat dan pemerintah daerah,” katanya.
Danrem mengaku mendengar masyarakat menangis dan sedih saat para prajurit tersebut akan mau balik. ‘’Ini bisa terjadi karena mungkin sudah terjalin komunikasi dengan baik antara satgas dengan ini dengan masyarakat sekitarnya,’’ terangnya. (ulo/tri)