Wong Jowo-nya Masih Banyak, tapi Penuturnya Kian Sedikit

- Rabu, 31 Maret 2021 | 04:00 WIB
PELESTARI: Hasan Suyat mengenakan pakaian khas Jawa dan pakaian Melayu.
PELESTARI: Hasan Suyat mengenakan pakaian khas Jawa dan pakaian Melayu.

Yok Ngomong Jowo, Upaya Hasan Suyat Menjaga Bahasa Jawa di Malaysia dari Kepunahan


Hasan Suyat belajar bahasa Jawa secara daring, lalu mengasahnya lewat ngobrol dengan pekerja migran Indonesia dan turis asal Jogjakarta yang tak bisa pulang akibat pandemi. Hasilnya, buku pembelajaran dasar boso Jowo.


M. HILMI SETIAWAN, Jakarta, Jawa Pos


DI politik, ada perdana menteri (PM) Malaysia sekarang, Muhyiddin Yassin, yang beribu keturunan Jawa. Ahmad Zahid Hamidi, deputi PM era Najib Razak, malah berayah kelahiran Kulonprogo, Jogjakarta, dan beribu perempuan asal Ponorogo, Jawa Timur.


Di dunia seni juga berderet contoh tokoh negeri jiran Indonesia itu yang berdarah wong Jowo. Ada penyanyi Herman Tino, sastrawan Djamal Tukimin, dan pelawak Datuk Aziz Sattar.


Jumlah pastinya memang agak sulit diketahui karena sensus penduduk di Malaysia tak memasukkan Jawa sebagai kategori. Namun, mengutip joshuaproject.net, sekarang jumlah orang Jawa dan keturunannya diperkirakan mencapai 670 ribu jiwa.


Migrasi itu berlangsung sejak berabad-abad silam, tapi kian intensif pada masa kolonialisme. Orang-orang Jawa di Selangor, misalnya, didatangkan sebagai buruh perkebunan.


Mayoritas warga keturunan Jawa di Malaysia berada di Johor, Selangor, dan Perak. Namun, ada pula di negara-negara bagian lain. Malaysia adalah negara di luar Indonesia yang paling banyak orang Jawa atau keturunannya.


Dengan latar belakang seperti itu, toh bahasa Jawa tak imun dari kepunahan. Generasi keturunan ketiga dan di bawahnya rata-rata hanya bisa cakap Melayu dan mungkin hanya menguasai beberapa kosakata Jawa.


Itulah yang mendorong Hasan Suyat, seorang penggiat industri wisata yang lahir dan besar di Kampung Jawa, Selangor, Malaysia, menulis buku Yok Ngomong Jowo. Di dalam buku tersebut, dia menyajikan materi pembelajaran dari dasar. Kemudian, Hasan juga memberi sejumlah contoh-contoh percakapan. ’’Di buku ini tersaji bahasa Jawa kromo dan ngoko,’’ katanya ketika dihubungi Jawa Pos melalui panggilan video pada Selasa (9/3) lalu.


Hasan juga menyisipkan ungkapan-ungkapan dalam bahasa Jawa sekaligus penjelasannya. Contohnya adalah ungkapan wong Jowo ojo nganti ilang Jawane (orang Jawa jangan sampai kehilangan kejawaannya). Ada kata Jowo dan Jawane. Satunya menggunakan O dan satunya lagi A.


Semasa kecil, Hasan masih sering mendengar percakapan dengan bahasa Jawa di keluarga besarnya. ’’Embah cakap sama orang kampung pakai bahasa Jawa,’’ ujarnya dalam logat Melayu.


Pria kelahiran Selangor, 13 September 1989, itu menceritakan bahwa darah Jawa mengalir dari kakeknya, baik dari pihak ibu maupun ayah. Dari pihak ayah, kakeknya yang bernama Abdul Kadir berasal dari Ponorogo, Jawa Timur. Kakeknya dari ibu bernama Siraj asal Kebumen, Jawa Tengah.


Hasan belum pernah sekali pun menginjakkan kaki di Jawa Tengah dan Jawa Timur, dua provinsi selain Jogjakarta yang mayoritas warganya berbahasa Jawa. Dia hanya pernah berkunjung ke Bandung, Jawa Barat.

Halaman:

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

Indibiz Raih Penghargaan Product Of The Year 2024

Kamis, 28 Maret 2024 | 22:06 WIB

Gelar Aksi Bela Palestina, Ribuan Orang Padati Monas

Minggu, 5 November 2023 | 09:51 WIB

DBL Indonesia Umumkan Penjualan Tiket dan Seat Plan

Minggu, 5 November 2023 | 07:57 WIB
X