Masakan Job Wajib Disediakan Setiap Momen Penting

Sulo/Cepos Bupati Boven Digoel Benediktus Tambonop, S.STP, M.Si saat membuka Awoim Job, masakan kas orang Kabupaten Boven Digoel yang wajib disiapkan di momen-momen tertentu seperti pada pelantikan anggota DPRD Boven Digoel periode 2019-2024.
MERAUKE- Setiap daerah memiliki masakan khas yang wajib disediakan pada momen-momen tertentu. Seperti jika orang Marind, menyediakan namanya sagu safe. Begitu juga orang Boven Digoel memiliki makanan khas yang wajib disediakan pada setiap moment tertentu.
Makanan kas tersebut dinamai Job. Job adalah campuran antara sagu dengan daging, umumnya dicampur dengan daging babi yang dinamai Awomjob. Tapi kadang juga dicampur dengan daging kasuari dan sebagainya. Tergantung orang yang mau membuat job. Job ini dibungkus dengan kulit kayu tertentu kemudian dibakar sampai matang dan empuk.
Seperti pada pelantikan Anggota DPRD Kabupaten Boven Digoel periode 2019-2024. Para anggota dewan yang dilantik telah menyedikan Awomjob. Bupati Boven Digoel Benediktus Tambobop, S.STP, M.Si dan Ketua Sementara Isak Bangri, SE, diberi kehormatan membuka Awomjob tersebut.
Bupati Benediktus Tambonop menjelaskan bahwa pembuatan job ini dilakukan pada momen-momen yang sangat penting yang memiliki arti mendalam. “Job ini yakni sagu dipadukan dengan daging. Bisa dengan daging babi, daging kasuari dan dan lain sebagainya. Biasanya, dimasak dari jam 10 malam sampai matahari terbit baru dibuka.”jelasnya.
“Kebiasaan memang kalau secara adat saat membuat job itu harus orang yang mengerti dan memahami. Karena ketika job ini dimasak, maka orang akan mulai main tarian-tarian diantar sampai matahari terbit. Kemudian dibuka dan dimakan bersama untuk merayakan satu peristiwa yang dianggap penting,’’ terangnya.
Pembuatan job ini biasanya dilakukan oleh orang yang merayakan suatu peristiwa . Biasanya ini merupakan inisiatif dari masyarakat atau orang yang merayakan peristiwa itu lalu meminta kepada masyarakat yang mengerti membuat job. Karena Job ini tidak sembarang orang memasak.
‘’Karena yang masak adalah orang yang mengerti kulit kayunya, mengerti kayu bakarnya yang bisa menyala dari malam sampai pagi untik memanaskan daging dan sagu yang ada di dalam kulit kayu ini supaya bisa matang. Kalau orang salah-salah, pada waktu dibuka dagingnya bisa tidak matang atau sagunya yang belum masak. Belum tentu kalau saya yang masak akan matang,’’ jelasnya.
Jadi kearifan lokal yang tidak didapatkan di sekolah tapi hanya dari kebiasaan yang melihat dari orang tua kemudian bisa dilakukan secara turun temurun. “Saya yakin mereka yang baru sekali masak akan mendapatkan hasil yang baik tapi setelah masak berapa kali baru bisa dapatkan hasil yang baik,’’ tambahnya. (ulo/tri)