KB Bukan Batasi Jumlah Anak

MERAUKE_ Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) Provinsi Papua Charles Brabar, SE, M.Si menegaskan, KB bukanlah untuk membatasi jumlah anak dalam keluarga.
“Kalau ada yang mengartikan KB itu untuk membatasi jumlah anak dalam keluarga, berarti sudah ketinggalan. tidak pernah mengikuti perkembangan. Karena keluarga berencana itu kita merencanakan fleksibel. Bebas kita mengartikan. Bukan anak saja. Bisa kita merencanakan kehidupan anak-anak kita. Saya mau anak 8. Saya mau anak 10. itu merencanakan. Bukan satu tahun 1 anak. Tapi minimal 2 tahun baru satu anak. Karena itu jarak yang baik bagi kesehatan seorang ibu,’’ kata Charles Brabar pada rapat koordinasi, sosialisasi dan perencanaan KB di Kabupaten Merauke oleh Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan KB, Kabupaten Merauke, Rabu (6/11).
Karena itu, lanjut Sarles Brabar, ketika masuk ke kampung-kampung masalah ini yang disampaikan kepada mama-mama termasuk bapak-bapak yang ada di kampung. Sebab, jika setiap tahunnya melahirkan, maka resiko yang dihadapi adalah kematian. Usia harapan hidupnya pendek. Tidak akan menikmati usia seperti para orang tua yang dulu-dulu yang hidupnya lanjut usia bahkan ada yang sampai 100 tahun.
“Mereka tidak tahu keluarga berencana. Tapi mereka tahu bahwa kehidupan ini sangat penting sehingga ada hal-hal yang jaga, sehingga usianya panjang,’’ jelasnya.
Sarles Brabar menjelaskan bahwa pihaknya pernah melakukan dialog interaktif di Jayapura dan ada yang sampaikan bahwa anaknya 9 orang dan semua bisa sarjana. ‘’Saya katakan bahwa itu yang kita harapkan. Sembilan anak dan semuanya sarjana dan mendapat kesempatan kerja. Itu kita bangga,’’ jelasnya.
Bupati Merauke Frederikus Gebze , SE, M.Si saat membuka kegiatan tersebut menjelaskan keluarga besar dan keluarga kecil adalah anugerah dari Tuhan. Menurutnya, jika seorang anak disekolahkan di tempat sekolah berkualitas dan bagus untuk satu anak minimal menghabiskan Rp 1 miliar. ‘’Misalnya masuk kedokteran. Sekarang sekitar Rp 750 juta untuk menjadi dokter. Kalau biaya dari TK sampai selesai SMA atau SMK sampai menjadi dokter tersebut bisa mendekati Rp 1 miliar. Artinya bahwa setiap keluarga yang ada di kampung harus mulai merencanakan sekolah setiap anak yang lahir,’’ jelasnya. (ulo/tri)