Pemkab Puncak Fasilitasi Proses Perdamaian di Ilaga Utara

SERAHKAN BANTUAN: Bupati Puncak Willem Wandik didmapingi Wakil Bupati Puncak Pelinus Balinal saat menyerahkan bantuan kepada pihak korban, Hagabal khususnya marga Labene, di Mayuberi, Distrik Ilaga Utara.
Willem Wandik: Stop Selesaikan Masalah dengan Angkat Panah!
ILAGA-Pertikaian saudara antara keluarga Mom dan Hagabal, yang terbawa dari Kabupaten Timika, Kwangki Narama, hingga ke Kabupaten Puncak, tepatnya di Distrik Ilaga Utara, menyebabkan setidaknya 6 orang meninggal dunia dan ada yang luka dari kedua belah pihak.
Pertikaian yang berlangsung sejak Maret lalu, berdampak terhadap kondisi keamanan di kabupaten tertinggi di Indonesia tersebut. Dengan kondisi ini, Pemkab Puncak, yang dipimpin langsung oleh Bupati Puncak Willem Wandik, SE., M.Si., turun tangan untuk mendamaikan kedua belah pihak.
Bupati Willem Wandik didampingi Wakil Bupati Puncak Pelinus Balinal, Kapolres Puncak Jaya, AKBP. Ari Purwanto, Dandim 1714/Puncak Jaya Letkol Inf. Agus Sunaryo, Sekda Puncak Drs. Abraham Bisay serta Forkopimda Kabupaten Puncak, melakukan pertemuan dengan pihak Mom dan Pihak Hagabal. Masing-masing di Kampung Mayuberi dan Kampung Olelki, Distrik ilaga utara, Rabu (7/8) kemarin.
Selain mengakibatkan korban meninggal dunia 6 orang, pertikaian ini juga mengakibatkan anak-anak sekolah dasar di wilayah tersebut tidak bisa beraktivitas. Bahkan kedua belah pihak saling menjaga dan perang hampir tiga bulan ini.
Pertemuan awal dilakukan oleh Bupati Puncak dengan pihak keluarga korban Hagabal dan Labene yang lebih banyak jatuh korban di kampung Meyuberi.
Dalam pertemuan tersebut, Bupati Willem Wandik juga menyerahkan bantuan dana kepada pihak korban untuk menuju tahapan perdamaian. Sekaligus bertatap muka dengan keluarga korban, serta mendengar apa yang menjadi permintaan dari keluarga korban.
Setelah dari keluarga korban pihak Hagabal dan Labene, rombongan kemudian berjalan kaki melewati medan perang, melewati pinggiran lereng gunung menuju ke kubu sebelah kubu Mom, untuk bertatap muka.
Dalam pertemuan dengan pihak Mom, hal yang sama juga dilakukan Bupati Willem Wandik dan rombongan. Dimana Bupati Puncak mendorong agar kedua belah pihak menahan diri dan tidak lagi angkat panah sampai tahapan proses adat.
Setelah itu akan dilakukan prosesi perdamaian adat yakni belah kayu dan patah panaholeh kedua belah pihak, yang direncanakan dalam waktu yang tidak terlalu lama.
Mewakili keluarga korban pihak Hagabal, Hosea Labene dan Denius Dewelek menyatakan menyambut positif, langkah dari Pemkab Puncak yang ingin agar tahapan perdamaian dilakukan oleh kedua belah pihak.
Namun mereka meminta agar oknum yang membawa perang dari Timika ke Ilaga, untuk segera ditangkap dan diproses secara hokum. “Itu baru proses perdamaian bisa dilakukan, jika pelaku pelaku ini belum ditangkap, maka perang akan terjadi lagi,” ucap keduanya.
Sementara dari kubu Mom yang diwakili kepala perang John Pinimet juga menyambut baik tahapan perdamaian ini dan lebih menyerahkan keputusan kepada pihak korban. Intinya mereka siap saja untuk mengikuti tahapan perdamaian secara adat.
Menurut Bupati Puncak Willem Wandik, kronologi pertikaian saudara ini, berawal dari Timika, awal Maret lalu, dan saat itu jatuh korban jiwa di kedua belah pihak, dan pemerintah daerah sudah mengambil tindakan untuk mendamaikan kedua belah pihak. Namun ternyata ada provokator yang tidak puas dengan prosesi perdamaian di Timika dan membawa perang ini ke Kabupaten Puncak.
Kondisi ini yang memunculkan pertikaian saudara ulang lagi di Ilaga Utara, sehingga menyebabkan korban bertambah. Bahkan kondisi keamanan di Puncak, tiga bulan terakhir ini, sempat tegang.
“Karena sudah terjadi, maka kami harus turun, dan sudah satu minggu kami bersama dengan tokoh gereja, Polri dan TNI, coba memfasilitasi perdamaian ini. Tahapan saat ini, merupakan awal dari proses adat dan masih ada beberapa proses adat yang akan kita lalui sebelum perdamaian kedua belah pihak, sebab sudah jatuh korban,” jelasnya.
Pertemuan saat ini menurutnya merupakan pertemuan awal dan nantinya ada lagi tahapan selanjutnya secara adat, sampai belah kayu dan patah panah. “Setelah itu, kedua belah pihak berjabatangan, itu baru disebut perdamaian antara kedua belah pihak,”tambahnya.
Diakuinya, kedua belah pihak mempunyai niat baik untuk mengakhiri konflik dan mendukung prosesi perdamaian secara adat. Untuk itu, niat baik ini menurutnya perlu didukung oleh semua pihak, termasuk keluarga korban Hagabal dan Labene serta pihak lawan Mom. Termasuk para PNS di Kabupaten Puncak, maupun di Timika.
“Jika ada ASN yang terlibat dalam perang saudara ini, pejabat, kepala kampung, maka saya akan kenakan sangsi. Bahkan jabatan akan saya copot, ganti orang lain. Kalian ASN harusnya memberikan jalan yang baik, jangan lagi menambah masalah,”tegasnya.
Bupati Puncak Willem Wandik juga mengajak masyarakat untuk berhenti menyelesaikan persoalan dengan angkat panah. “Stop sudah dengan menyelesaikan masalah dengan cara angkat panah, dampaknya besar. kita habis di negeri kita sendiri. Padahal kabupaten ini hadir untuk kami anak negeri ini, stop dengan budaya perang ini,kita sendiri yang rugi, mati habis,” pungkasnya.
Sementara itu, Kapolres Puncak Jaya AKBP.Ari Purwanto menyambut baik niat dari kedua belah pihak yang ingin berdamai.
Kapolres berjanji siap memproses para provokator yang membawa perang dari Timika ke Kabupaten Puncak, secara hukum positif, sesuai dengan permintaan dari pihak korban. Bahkan Kapolres menilai, permintaan ini merupakan permintaan yang cukup positif. Pasalnya di wilayah gunung biasanya proses adat lebih tinggi ketimbang hukum positif, namun pihak Hagabal atau Labene, meminta agar provokator yang membawa perang dari Timika ke Ilaga, untuk diproses secara hokum positif.
Senada dengan itu, Dandim 1714 Puncak Jaya dan Puncak Letkol Inf.Agus Sunaryo mengatakan, TNI akan siap bergandengan tangan dengan Polri, untuk mengawal tahapan perdamaian di Kabupaten Puncak.
Perwakilan DPRD Puncak Pdt. Menas Mayau, S.Th.,juga mendorong agar kedua belah pihak berhenti perang, karena perang akan merugikan kedua belah pihak. “Anak-anak tidak bisa sekolah dengan baik, malah jatuh korban. Padahal kehadiaran Kabupaten Puncak, adalah untuk mensejaterakan Masyarakat Pucak,”tambahnya. (Humas Puncak/cak/nat)