Petani Keluhkan Kekurangan Mesin Pengering

Sulo/Radar Merauke
Komisi IV DPR RI yang dipimpin langsung Ketuanya Dr. Michael Watimena, SE, MM bersama Direktur Operasional dan Pelayanan Publik Perum Bulog Tri Wahyudi Saleh ketika menunjukkan beras ukuran Sachet yang telah dikemas oleh Perum Bulog di bawah pimpinan Budi Waseso dengan harga Rp 2.500 persachet saat meninjau Gudang Bulog Maro, Senin (30/7).
MERAUKE- Petani di Merauke yang diwakili oleh Suparlan meminta kepada pemerintah pusat melalui Komisi IV DPR RI yang membidangi pertanian untuk memberikan bantuan rice drying machin atau mesin pengering padi kepada petani di Merauke. Bantuan pengering padi tersebut dalam rangka memperbaiki kualitas beras di Merauke. Keluhan dan permintaan ini disampaikan kepada rombongan Komisi IV DPR RI yang dipimpin langsung Ketuanya Dr. Michael Watimena, SE, MM, saat rombongan Komisi IV tersebut meninjau Gudang Bulog Maro di Merauke, Senin (30/7).
Suparlan menjelaskan bahwa di Merauke, ada dua musim yakni musim hujan dan musim panas. Pada saat panen di musim hujan, petani mengalami kesulitan dalam mengeringkan padi mereka sehingga yang terjadi akan mempengaruhi kualitas beras yang dihasilkan.
Dikatakan, selama ini bantuan alat mesin pertanian dari pemerintah pusat yang diperjuangkan melalui Komisi IV DPR RI oleh perwakilan dari Papua Sulaeman Hamzah, sudah diterima oleh petani. Namun alat mesin pertanian tersebut belum cukup. Sebab, lanjutnya di Merauke, lahan cukup luas sementara petani sangat kurang sehingga untuk menggarap pertanian yang luas tersebut sekarang ini hanya mengandalkan mesin pertanian.
Sementara itu, Direktur Operasional dan Pelayanan Publik Perum Bulog Tri Wahyudi Saleh mengungkapkan, bahwa untuk Merauke sebagai sentra produksi beras di tahun 2018 ini telah menyerap beras petani sebanyak 12.700 ton dari target 29.000 ton. Secara nasional, kata Tri Wahyudi, sampai sekarang Bulog telah menyerap kurang lebih 2 juta ton dan ia memperkirakan sampai akhir bulan Agustus nanti bisa mencapai 2,5 juta ton bahkan bisa sampai 3 juta ton pada akhir Desember 2018.
Menurut dia, sepanjang bulog berdiri, penyerapan tahun ini ini merupakan yang tertinggi. Karena itu, kepada Komisi IV DPR RI, Tri Wahyudi Saleh berharap dapat memikirkan jalan keluarnya ini mengingat beras hanya bisa bertahan 6 bulan, selebihnya akan mulai rusak.
‘’Mohon dari Komisi IV mempertimbangkan kewajiban dari sisi penyerapan kemudian dari sisi penyalurannya perlu dicarikan pasar,’’ pintanya.
Apalagi, kata dia, diperkirakan tahun depan tidak ada lagi alokasi beras bantuan sosial sejahtera seperti yang disalurkan tahun 2018 ini, sehingga itu juga akan berpengaruh pada penyaluran dari beras yang sudah diserap tersebut.
Ketua Komisi IV Dr. Michael Watimena memberi apresiasi atas kunjungan ke Merauke. Sebab, menurut Michael, biasanya kunjungan seperti ini hanya sampai tingkat ibukota provinsi saja, namun saat ini kunjungannya ke Merauke dan menurutnya hal itu merupakan sesuatu yang luar biasa.
Sebab, sentra pertaniannya khususnya untuk beras di Papua ada di Merauke. Rombongan Komisi IV DPR RI yang telah tiba Senin pagi itu langsung menuju ke Stasiun Karantina Pertanian dilanjutkan ke Taman Nasional Wasur. Selanjutnya ke kilometer Nol, Sota. Selanjutnya ke Sentra Pelayanan Perikanan Terpadu di Pelabuhan Perikanan selanjutnya ke gudang Bulog. Setelah dari gudang Bulog itu kemudian menuju ke gudang pupuk.
Terkait Alsintan dan alat pengering yang dikeluhkan itu, Michael menjelaskan, dalam rapat dengar pendapat dengan pemerintah nantinya untuk meminta bantuan alat pertanian tersebut diikutkan dengan alat pengering padi untuk memperbaiki kualitas beras di Merauke.
‘’Saya kira kalau ada apa-apa sampaikan ke pak Sulaeman Hamzah saja. Karena beliau itu perwakilian dari Papua yang duduk di Komisi IV. Kalau mau meningkatkan produktivitas pertanian ingatlah pak Sulaeman,’’katanya.
Sementara itu, Sulaeman Hamzah menjelaskan bahwa bantuan yang diperjuangkan melalui KomisiIV selama ini sebagian besar diarahkan ke Merauke karena sentra pertaniannya ada di Merauke.
Diakui Sulaeman Hamzah, meski bantuan yang diberikan selama ini cukup banyak namun masih kurang karena luasnya pertanian di Merauke. Dan tidak hanya masalah alah pertanian, namun yang menjadi perhatian adalah menyangkut pompa air dan saluran drainase untuk pengairan. Menurutnya, jika sebelumnya telah menyampaikan 19 mesin pompa air, tapi ternyata yang dibutuhkan adalah 38 titik atau mesin pompa air yang besar ukuran 8 inc. Selain itu, perlu rehabilitasi saluran drainase karena sudah banyak yang mengalami pendangkalan. (ulo)